JAKARTA — Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo mengatakan, survei yang dikerjakan pada Asesmen Nasional (AN) di awalnya telah lewat beraneka tahapan uji coba. Salah satu tahapan uji cobanya adalah dilaksanakan terhadap sekolah penggerak.
“Kita uji cobalah empiris, kami sebar surveinya kepada responden yang kurang lebih sama bersama responden AN. Nanti dievaluasi lebih lanjut. Mengecek apakah instrumen ini punya validitas yang baik atau tidak,” kata Anindito, dalam telekonferensi, Selasa (27/7).
Adapun tahapan pembuatan instrumen survei, ia menjelaskan, di mulai bersama membawa dampak kerangka asesmen. Kerangka asesmen ini membatasi target pengukuran layaknya kenapa pengukuran ditunaikan dan apa saja yang bakal diukur.
“Apa yang dimaksud dengan literasi, apa yang dimaksud bersama dengan akhlak mulia, dengan pembelajaran mengajar yang baik, dengan iklim keamanan, iklim kebinekaan, harus kami definisikan secara paham dulu,” kata dia.
Setelah itu, lanjut Anindito, Kemendikbud Ristek lantas melaksanakan kajian pustaka untuk menyusun indikator-indikator dan butir spesifikasinya. Jika udah ada instrumen, maka literatur sanggup digunakan dan disesuaikan bersama dengan konteks yang dapat diukur.
Tahapan setelah itu adalah mengakibatkan draf awal, yang terhitung sebagai evaluasi. “Pertama, evaluasi kontennya secara kualitatif. Jadi kita menyebabkan pakar dan reviewer independen, untuk memandang apakah butir-butir itu relevan, dapat dipahami dengan baik atau tidak, mengakibatkan keliru tafsir atau tidak,” kata Anindito.
Setelah seutuhnya selesai, maka pada akhirnya adalah uji coba yang keliru satunya dikerjakan pada sekolah penggerak. Instrumen-instrumen survei inilah yang pas ini beredar di masyarakat, terutama di kalangan sekolah penggerak.
Baca juga : Kemendikbudristek Sentuh Pendidikan Anak melalui Bacaan