Site icon Info Vaksi Covid-19

PMI Pekanbaru Layani Donor Konvalesen dari Penyintas Covid-19

PEKANBARU, KOMPAS.com – Palang Merah Indonesia ( PMI) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau kini mulai melayani donor plasma konvalesen atau plasma darah bagi penyintas Covid-19.

Ketua PMI Kota Pekanbaru M Noer menyebutkan, pelayanan donor plasma konvalesen diberikan pihaknya seiring dengan dilakukannya pencanangan gerakan Nasional Pendonor Darah Plasma Konvalesen oleh PMI pusat dan Pemerintah Indonesia.

Dia mengatakan plasma darah yang diambil dari pasien yang pernah terinfeksi Covid-19 itu dibutuhkan untuk membantu pengobatan pasien yang belum sembuh dari virus corona.

“Untuk itu, bagi penyintas Covid-19 di Kota Pekanbaru yang ingin mendonorkan plasma darahnya, PMI Kota Pekanbaru sudah siap melakukannya,” ucap Noer dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (20/1/2021).

Baca juga: Cerita Donor Plasma Darah Konvalesen: Menderita Sekali Kena Covid, Semoga Dapat Membantu…

“Insyaallah, ikhtiar donor plasma konvalesen ini akan sangat berguna dan sangat-sangat membantu mereka, saudara-saudara kita yang sedang berjuang untuk sembuh dari virus corona,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

Noer menjelaskan, pada saat seseorang terinfeksi virus corona, sistem imun tubuhnya akan mulai memproduksi antibodi, khususnya sel pelindung yang dapat mengenali dan melawan virus corona.

Di mana ketika pasien dinyatakan sembuh, antibodi ini akan tersimpan dengan sendirinya di dalam darah. 

“Metode terapi plasma darah ini bekerja dengan membantu menetralisir virus yang ada di dalam tubuh pasien terinfeksi untuk bisa survive (bertahan),” ungkap Noer.

Baca juga: Bupati Banyumas Beri Penghargaan bagi Penyintas Covid-19 yang Jadi Donor Plasma Konvalesen

Namun demikian, ia menyampaikan jika tidak semua penyintas Covid-19 yang bisa mendonorkan plasma darah konvalesennya. Sebab, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi pendonor terlebih dahulu.

“Seperti usia, itu harus berusia 18 sampai 60 tahun, berat badan kurang lebih 50 kilogram, tidak ada riwayat penyakit yang dapat membatalkan donor, dan sudah dinyatakan sembuh sesuai hasil tes PCR negatif dua kali berturut-turut,” sebut Noer.

Kemudian untuk pendonor, tambah dia, juga baru memprioritaskan laki-laki.

“Sebenarnya pendonor itu bisa laki-laki, bisa perempuan. Namun transfusi ini lebih banyak laki-laki, karena terkait antibodi HLA (human laukocyte antigen),” ujar Noer.

Exit mobile version