Liputan6.com – Menurut Bloomberg’s Vaccine Tracker, beberapa negara membuat kemajuan program vaksinasi secara eksponensial lebih dari yang lain –efektif mempercepat upaya mereka untuk ‘pulih’.
Israel memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di dunia. Bloomberg memprediksi negara itu akan mencapai cakupan inokulasi 75 persen hanya dalam dua bulan lagi.
Perkiraan yang sama turut berlaku bagi Uni Emirat Arab yang cepat dalam melaksanakan program vaksinasinya. Inggris, meski tidak secepat dua negara tersebut, diperkirakan selesai dalam 6 bulan.
Namun, kemajuan pesat yang dibuat oleh tiga negara tersebut belum dialami oleh banyak negara lain. Sejumlah negara memerlukan waktu tahunan, dengan angka 7 tahun menjadi rata-rata global, menurut Bloomberg’s Vaccine Tracker.
China misalnya, di sisi lain, akan memakan waktu 5 tahun 6 bulan untuk menginokulasi populasi-nya yang besar, meskipun memberikan lebih dari satu juta dosis vaksin sehari.
Negara-negara seperti India, Indonesia dan Rusia kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk memvaksin populasi mereka jika mereka melanjutkan dengan kecepatan vaksinasi saat ini.
Tetapi ketika produksi vaksin meningkat secara global dan lebih banyak vaksin disetujui, prospeknya cenderung membaik. Beberapa pusat pembuatan vaksin terbesar di dunia di India dan Meksiko baru saja dimulai.
Lebih dari 8,5 miliar dosis vaksin telah dikontrak oleh berbagai negara melalui lebih dari 100 perjanjian terpisah. Namun yang mengkhawatirkan, hanya sepertiga negara yang telah memulai program vaksinasi mereka, yang mencerminkan seberapa jauh tertinggal beberapa negara dalam perang melawan COVID-19.
Awal yang lambat ini dapat dikaitkan dengan banyak hal, seperti kurangnya pendanaan, akses, dan fasilitas untuk menangani vaksin COVID-19.
Herd immunity, konsep ilmiah yang melibatkan individu yang diinokulasi mampu membentuk perisai manusia terhadap penyebaran virus, adalah target utama yang akan membuat segalanya kembali seperti sedia kala sebelum COVID-19 melanda.
Tetapi kekebalan kawanan hanya efektif ketika lebih banyak orang divaksinasi. Jika hanya beberapa dalam komunitas atau populasi yang diinokulasi, tidak akan ada cukup ‘perisai’ untuk menghentikan penyebaran virus.
Sisi baiknya, dunia mungkin tidak perlu menunggu tujuh tahun.
Itu hanya bisa terjadi jika tingkat vaksinasi global terus menanjak, menginokulasi semakin banyak orang dengan masing-masing gelombang dosis vaksin.
Di sisi lain, kita mungkin juga harus menunggu bahkan lebih dari tujuh tahun, karena gangguan sementara yang tak terduga dalam distribusi dan pemberian vaksin.
Salah satu contoh yang baik dapat ditemukan di New York, di mana badai salju musim dingin secara singkat membuat semuanya terhenti, mencegah orang mendapatkan vaksinasi. Hal itu untuk sementara mendorong tenggat waktu herd immunity mereka menjadi 13 – 17 bulan.