JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi meminta Badan Intelijen Negara (BIN) mengevaluasi praktik spionase di lapangan menyusul tewasnya Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Mayjen Anumerta TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha.
“Tentu saja ini harus dievaluasi, praktik intelijen di lapangan ini harus dievaluasi, dibenahi,” ujar Fahmi ketika dihubungi Kompas.com, Senin (26/4/2021).
Fahmi menyebutkan, tewasnya Kabinda Papua ditangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tak lepas dari abainya penerapan standar operasional prosedur (SOP).
Sebagai seorang intelijen, kata Fahmi, sudah sepatutnya tiap agen dapat melaksanakan operasi di lapangan secara senyap, sekalipun itu dalam rangka observasi.
Sebaliknya, sebisa mungkin setiap agen intelijen bekerja dengan menghindari kerumunan atau rombongan aparat keamanan yang selama ini kerap menjadi sasaran penembakan KKB.
“Mereka (agen) punya kerawanan sendiri ketika bergabung dengan kelompok, yang katakanlah kelompok pergerakan pasukan yang memang menjadi target serangan. Dengan begitu sejak awal semestinya sudah paham risikonya,” kata Fahmi.
Fahmi menyebut setiap agen merupakan aset bagi negara untuk mendapat informasi. Karena itu, kedisiplinan dalam menjalankan cara kerja spionase sangatlah krusial.
“Karena bagaimanapun agen di lapangan adalah aset yang harus diandalkan untuk mendapatkan informasi yang memadai, terutama terkait dengan keamanan negara,” ujar dia.
Baca juga: Anggota Komisi I: Selama 10 Tahun Terakhir, Konflik di Papua Bukan Semakin Membaik
Fahmi juga menceritakan bahwa pada satu masa agen BIN pernah disepelekan. Itu terjadi lantaran sosok agen BIN tidak pernah diketahui. Sekalipun itu di kalangan TNI dan Polri.
Hal inilah yang diharapkan kembali mengakar pada praktik spionase BIN di lapangan.
“(Saat ini) banyak keluar dari kaidah (intelijen). Petugas BIN itu dulu disepelekan karena enggak dikenal, bahkan oleh jajaran dari unsur TNI dan Polri, kadang enggak kenal. Dulu kebanyakan yang di lapangan sipil. Sekarang kan ada perubahan, mereka lebih cenderung bergaul dengan TNI-Polri,” kata dia.
Baca juga: Polri: Tidak Ada Tempat Bagi KKB di Tanah Papua