Seperti influenza, COVID-19 dikhawatirkan akan membutuhkan pembaharuan vaksin setiap tahun akibat perkembangannya yang cepat, mengalahkan durasi kekebalan tubuh yang bisa diciptakan oleh vaksin.
Misalnya vaksin Corona Pfizer/BioNTech. Bulan lalu, pihak Pfizer melaporkan bahwa orang yang sudah disuntik 2 dosis Pfizer memiliki kekebalan tubuh selama minimal 6 bulan. Artinya setelah 6 bulan tersebut, ada kemungkinan tubuh masih memiliki kekebalan.
Bahkan menurut pakar, kemungkinan besar antibodi bertahan lebih lama dari prediksi waktu yang dilaporkan Pfizer bulan lalu.
“Saya tidak heran jika setahun ke depan, kita melihat masih adanya respon imun yang kuat pada tubuh penerima vaksin,” ujar imunologis dan pakar vaksin di Universitas Pennsylvania Scott Hensley, dikutip dari CNN, Senin (5/4/2021).
Menurutnya, vaksin Corona ini lebih menyerupai vaksin campak dibanding vaksin influenza. Berbeda dengan vaksin influenza, vaksin campak disebut bisa melindungi 96 persen orang dari infeksi seumur hidup.
Memang klaim perusahaan, vaksin Pfizer 91 persen sukses memberikan kekebalan hingga minimal 6 bulan. Jika klaim tersebut benar, para pakar percaya, hal itu mengindikasikan potensi imunitas yang tahan lama.
“Respon antibodi yang ditimbulkan vaksin mRNA (Pfizer) ini sangat tinggi. Apa yang kita ketahui pada model hewan dengan vaksin mRNA lain yang telah diuji sebelumnya, kita tahu bahwa respons antibodi tersebut sangat tahan lama dan tidak menurun seiring waktu,” imbuh Hensley.
Lainnya pada Januari, penelitian oleh dr Alicia Widge dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit menular menyatakan, 2 dosis vaksin Corona Moderna menciptakan antibodi dalam jumlah banyak yang hanya menurun sedikit seiring waktu.
Menurut dr Widge, vaksin Moderna menimbulkan sel kekebalan bernama sel T dan sel B yang dapat menciptakan imunitas tubuh hingga bertahun-tahun.
Simak Video “Apakah Tubuh Jadi Kebal COVID-19 Setelah Divaksin? “
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)